Ritual Persembahyangan Tionghoa dengan Pembakaran


Bagi etnis Tionghoa pasti sudah mengenal gaharu/ dupa atau bahasa mandarinnya disebut Ki Hio. Merupakan sebuah benda kebutuhan pokok etnis Tionghoa,  berwujud bubuk atau belahan kayu yang menghasilkan bau setiap kali dibakar, juga menghasilkan asap. Digunakan setiap ritual persembahyangan umat agama Budha. Kata Hio sendiri berarti harum, yaitu bahan pembakar yang dapat mengeluarkan asap berbau harum.

Ibadah  Etnis Tionghoa

Gaharu pertama kali dikenal pada jaman Nabi Khongcu (Kongzi). Tidak sembarang kayu, ternyata gaharu memiliki kandungan makna yaitu “jalan suci itu berasal dari kesatuan hatiku (Dao You Xin He)” dan “hatiku dibawa melalui keharuman dupa (Xin Jia Xiang Chuan).”

Berangkat dari sejarah dan makna tersebut, etnis Tionghoa kemudian mempersembahkan ritual dengan cara membakar gaharu yang disertai dengan menyiapkan berbagai makanan manisan, kue, tebu juga dentuman ratusan petasan yang diyakini sengaja disajikan untuk dipersembahkan kepada Dewa Langit. Persembahan ini diyakini memiliki makna tertentu dan diharapkan menjadi berkah bagi mereka yang masih hidup.

Kegiatan ini sendiri biasa dilaksanakan pada saat imlek, ritual kematian, upacara sembahyang leluhur, memberi makan arwah, ibadah tertentu maupun dalam keseharian. Pembekaran gaharau biasanya berfungsi untuk menentramkan pikiran, memudahkan konsentrasi, meditasi, mengusir arwah atau roh jahat, mengukur waktu (terutama pada zaman dahulu sebelum ada lonceng atau jam), mengheningkan cipta bahkan juga berfungsi sebagai alat pengobatan.

Pada sebuah perayaan ataupun ibadah biasa, kaum Tionghoa di Indonesia masih diizinkan membakar gaharu karena dianggap sebagai ritual persembahyangan budhis. Berbeda pula dengan negara-negara lain yang kebanyakan melarang kegiatan ini. Hal itu menyebabkan banyaknya kaum Tionghoa dari luar sengaja berkunjung ke Indonesia untuk melakukan ritual pembakaran gaharu tersebut.

Selain gaharu, juga ada benda lain yang kerap dipakai sebagai wujud ritual peribadahan yang diberi nama dupa. Menurut bentuknya dupa terbagi menjadi beberapa jenis dengan harum yang berbeda, diantaranya :

1.Dupa lidi disebut juga incense sticks (sticks karena pake lidi).
Merupakan dupa berbau harum yang paling banyak digunakan dalam ritual. Bentuknya seperti kembang api (memiliki tangkai dan dibalut dengan bahan dupa). Berdasarkan ukurannya dupa ini dibagi menjadi:
  1. Dupa halus, memiliki diameter 1.5 sampai 1,2 mm dengan panjang yang berbeda-beda dari 18 cm sampai dengan 39,5 cm.
  2. Dupa belimbing, memiliki diameter 1,4 cm sampai 2 cm dengan panjang 42cm sampai dengan 90cm. Pembakarannya sendiri memakan waktu 2 sampai paling lama 15 jam.
2. Dupa lingkar (incense coil)
Hampir mirip dengan bentuk lingkaran obat nyamuk bakar, dupa lingkar terdapat beberapa jenis tergantung lamanya proses pembakaran. Mulai dari 6 jam, 12 jam, 24 jam, 30 jam, 1 minggu, 2 minggu bahkan ada yang mencapai 1 bulan. Namun, dari kesemuanya yang paling sering digunakan adalah jenis dupa 24 jam.

3. Dupa bubuk (incense powder)
Terdiri dari bahan utama kayu cendana dan kayu gaharu berbentuk tepung, biasanya digiling terlebih dahulu hingga halus dan biasanya dijual perkarung. Variasi yang tersedia berjumlah banyal dari yang perkilo sampai per-ons. Banyak pendapat mengatakan bahwa dupa jenis ini susah dinyalakan padahal sebenarnya mereka tidak tau cara pembakaran yang tepat. Sehingga tak heran jika dupa jenis ini jarang digunakan.

4. Dupa stangi (incense cones)
Dupa jenis ini banyak digunakan di luar pulau Sumatera, berbentuk tumpeng seperti kerucut dengan diameter 1,5 cm hingga 2,5 cm dan tinggi 3 cm sampai dengan 5cm, juga terdapat produk yang lebih besar dengan diameter 10 cm hingga 15 cm dengan tinggi 15 cm sampai dengan 25 cm.
Pada umumnya dupa yang hampir sering dipakai adalah jenis dupa di atas, meskipun masih ada jenis dupa lainnya yang telah ditemukan sejak zaman dahulu kala. Pembakaran dupa biasanya dilakukan terhadap orang dengan kepercayaan serupa misalnya membakar gaharu maupun dupa kepada orang terhormat Buddha, Dharma dan Sangha. .



Komentar

Postingan Populer