PIJAR BERKUNJUNG, MERANGKUL ANAK PANTI



Siang itu terik seolah membakar bumi, hawanya menyengat seolah matahari melekat di kepala. Tak tahu apa yang membuat hari sepanas itu, hanya saja belakangan Sinabung memang sedang erupsi, dan abunya bertandang sampai di kota Medan. Namun demikian pun, panas seolah berganti dengan teduh ketika aku dan PIJAR yang merupakan Pers Mahasiswa naungan P2KM departemen Ilmu Komunikasi USU sampai di Panti Asuhan Padang Bulan. Tak paham betul apa sebabnya, yang pasti puluhan pasang mata itu seolah menjadi penyemangat baru. 

Tiga puluh anak, masih balita, dan sebagian lagi sudah SD dan SMP. Tak terbayangkan, bagaimana mereka terlihat sangat tegar meski tak mendapat kasih sayang dari orang tua kandung seperti anak-anak pada umumnya. Hanya ada tiga wanita paruh baya yang tinggal di panti untuk sekedar mengurus kehidupan anak-anak itu dan berbagi kasih sayang. Hal itu tentu tak cukup bagi anak-anak panti, nyatanya mereka membutuhkan kasih sayang yang lebih.

“Kakak, namanya siapa? Namaku Zahara” ujar salah seorang anak panti yang terlihat anggun mengenakan jilbabnya. Gigi ompongnya mengumbar tawa lepas yang kemudian disambung dengan menyandarkan kepalanya di pundakku dengan manja. Kupeluk adik kecil itu erat seraya menaruh doa pada yang Maha Kuasa “Tuhan, beri Ia kekuatan untuk terus bertahan.”

Puluhan anak-anak itu berasal dari daerah yang berbeda dan pada akhirnya mereka disatukan di dalam satu wadah dengan nasib yang sama. Secara kasat mata, tawa yang lepas sebenarnya menahan perih yang teramat dalam terbukti tatkala beberapa dari anak-anak panti itu menyanyikan lagu tentang kepergian seorang ibu diiringi gendang nasyid yang kemudian menjadikan mata berkaca-kaca. Sungguh, aku tak dapat menyatakan apa-apa selain kata “kepedihan.” 

Salutnya, di tengah-tengah kota Medan yang dipenuhi gaya-gaya kekinian, anak-anak panti justru masih memilih untuk menekuni nasyid padahal bisa saja mereka menekuni bidang yang berbeda. Puluhan piala berjejer di atas lemari, sebagai tanda atas kemenangan. Selain aktif, anak-anak panti juga semangat mengikuti berbagai perlombaan yang rata-rata berbau religi. Jelas saja, Ibu panti memang mendidik mereka untuk dekat dengan Tuhan.

Puasa hari ke-tiga tahun 2015, PIJAR mulai bergegas dengan segala rencana yang akan dilangsungkan sore itu, sebagian panitia ada yang di dapur dan sebagian lagi duduk di ruang depan mengajak anak-anak panti bermain. Antusiasme mereka kian bertambah tatkala PIJAR menyodorkan beberapa hadiah menarik bagi yang memenangkan games siang itu. Senyum merekah dari sudut bibir yang sedari tadi hanya duduk malu-malu, sementara yang lain ada yang malah berpindah duduk maju ke depan untuk mendapatkan hadiah. 

“Halo adik, namanya siapa?” tanyaku dengan bersemangat pada salah seorang adik kecil yang sedang terkulai lemas

“Cindy” jawabnya singkat

“Adik puasakan?” tanyaku lagi seraya mengeluarkan kamera untuk memotretnya

“Puasa dong, kata Ibuk kalau udah besar harus puasa” jawabnya kemudian berpindah duduk di pangkuanku karena sadar akan kupotret

Hebat. Sebuah kata yang pantas dilontarkan untuknya, diusianya yang masih 5 tahun dia sudah berpuasa untuk ikut menyemaraki ramadhan tahun ini. 

Kedatangan PIJAR kali ini adalah untuk saling berbagi kepada adik-adik panti, sekaligus merayakan ulang tahun PIJAR yang ke-tiga. Berbeda dengan tahun sebelumnya yang hanya dirayakan di kampus dan mengundang persma kota Medan lainnya.


“Adik yang di depan kita ini umurnya tiga tahun, tapi Ia baru bisa berjalan dan tertawa sementara PIJAR di usia ke-tiga sudah bisa memberikan pelayanan terbaik untuk kita semua, harapannya semoga PIJAR bisa bermanfaat dan memberikan sumbangsih positif terhadap kita semua, Aamiin” ujar Jefri Wanda yang merupakan Gubernur PEMA FISIP USU.



Komentar

Postingan Populer