Aku Menunggu Karena Aku Rindu

Zakiyah Rizki Sihombing

Tepat setahun lalu, ditanggal yang sama. Kau menghadiahiku desain blog yang sangat mengagumkan, padahal itu adalah ulang tahunmu. Katamu “hari ini yang ulang tahun yang nraktir, tapi traktirannya desain karena kita jauh.”Kau tahu, semenjak itu aku jadi suka nge-blog karena seperti pintamu “Saya bakal desain buat kamu tapi kamu harus janji buat rajin nulis”. Permintaaan sederhana itu dengan tulus aku jalankan, sehingga lama kelamaan aku jatuh cinta dengan blog ini, begitu juga denganmu. 

Tahukah kau setiap hari aku menyebut namamu, memikirkanmu, membayangkan kau disisiku. Tetapi kau tak ada. Mungkin kau tau bagaimana rasanya rindu, ya seperti itulah aku. Aku berusaha menepis pikiran tentangmu yang mengacaukanku, hari-hariku mencari kabar tapi tentu tak ada jawabmu. Kamu kemana, bukankan kau berjanji untuk menemuiku?

Tiap kali aku berdecak kagum akan rindu, aku selalu tersadarkan akan kesabaran yang harus kupertahankan. Ini sulit? Bagiku mungkin iya, tetapi kata Tuhan “Jodoh tak kemana.”Berulang teman-temanku menanyai kabarmu, menyatakan keheranan akan sabarku, mencoba melihat aku yang sok kuat dengan keadaan ini, tentu saja aku menyatakan bahwa aku tidak apa-apa. Tapi tahukah kau, dibalik itu aku mencoba menahan tangis, kehilanganmu bukan hal yang pernah aku impikan. Mungkin mereka keheranan mengapa aku bisa seperti ini, hidup konyol padahal tak sekalipun kita bertemu. Tetapi kembali dari itu semua, jarak bukanlah penghalang bagi yang menunggu rindu. 

Hasian, kamu sehatkan? Terlepas dari rindu aku selalu berharap akan sehatmu, kuatmu, tegarmu. Aku tahu sulit jalani harimu, mungkin bila aku menjadi mu semangatku tak semampu itu. Tak apa-apa jika kau masih membiarkanku menunggu, karena kuyakin kau kan kembali. 

Beberapa bulan, kau tak tampak. Ya, selama ini juga begitu tapi setidaknya aku masih bisa merasa keberadaanmu. Ada banyak cerita yang mesti kau dengar, tentang kabar yang paling kau tunggu sedari dulu, tentang keberanianku menyampaikan salammu, tentang aku yang telah jatuh sakit tapi masih memikirkanmu. Kau hebat, sehingga bagaimanapun kondisiku kau masih saja mengiang di kepalaku. Pernah sekali ketika rinduku memuncak, aku memimpikanku. Disana kau datang, menemui lelaki paruh baya yang biasa kau sebut “abah” lalu tak lama duduk di sampingku, tahukah kau bagaimana bahagiaku ketika itu?. Sebangun tidur aku terus mengutuk diri, sebab mengapa di dalam mimpi aku tak menanyakan “selama ini kau kemana”dan “bagaimana keadaanmu, kau sehatkan” pertanyaan-pertanyaan yang kemudian beruntun keluar dari kepala. Ah, lagian percuma saja itu hanya mimpi indah yang entah kapan benar-benar menjadi indah.

Selamat ulang tahun kepada kau lelaki hebat dalam mimpiku, kepada kau yang telah banyak merubah pemikiranku, kepada kau yang telah mendidikku dengan kata-katamu, kepada kau yang telah membuatku sangat merindu.
Kamu ingat kue ini kan?

Tuhan, ampunkan aku karena terlalu merindu, maafkan aku atas rasa yang terlalu berlebih pada hamba-MU, sadarkan aku atas sikap yang terlalu menunggu dan lupa akan waktu. 

Tuhan, berikan Ia sehat sebaik-baiknya sehat, jauhkan Ia dari marabahaya, kuatkan Ia ditengah sakitnya. Jangan biarkan Ia terus begini, kembalikan Ia pada sehatnya. Beri Ia perlindungan dan jauhkan dari fitnah dunia. Ampunkan aku dengan segala pintaku tentangnya ya Tuhanku.

Aku menunggumu, Hasian…



Komentar

Postingan Populer