Sementara atau Selamanya



Ketika kita nyaman dengan seseorang, saat itulah kita berhak menentukan, sementara atau selamanya ?

      Mungkin Tuhan punya planning besar dibalik cerita besar. Itulah yang tergambar dipikiranku saat ini. Rasa yang diawali canda, larut dalam cerita panjang kemudian jadi nyaman. Entahlah, awalnya tak ada setitik niat pun untuk melukai nama orang lain, tapi berakhir demikian. Yaa, menyayanginya tapi mematahkan hati yang lain. Meski pun tak sengaja, bahkan jauh dari niat meluka tapi rasanya ini memang "dosa."


      Tuhan, terkadang aku tak mampu menerjemahkan rasa yang engkau titipkan. Berpikir untuk menyayangi bukan untuk menyakiti. Tuhan, terkadang rasa ini tak mampu kupertahankan. Tapi...tapi kenyataannya aku tak bisa melangkah jauh, rasa ini mendekapku sampai aku lupa bagaimana rasanya luka.

      Inikah jalan yang engkau pertunjukkan pada hati seorang wanita yang telah tersakiti hatinya, sekali lagi aku bertanya ini sementara atau selamanya? Bila mungkin kiranya kau pertemukan aku dengan sosok yang telah menimang nada rindu padaku maka pertemukanlah Tuhan, tapi biarkan aku memahami arti rasanya yang sesungguhnya, apakah sementara atau selamanya? Jika dia lah pilihan yang akan menjagaku maka biarlah rasa rinduku terus membalut lewat cerita yang sulit untuk disampaikan padanya. 


      Berikan ia penjagaan sebaik-baiknya penjagaanmu, berikan ia nikmat "sehat" yang sesungguhnya, jauhkan ia dari segala duka dan keraguan, hentikan langkahnya ketika itu jalan menuju pintu durjana, kuatkan ia dalam segala usaha.

      Tuhan, jika dia adalah sebaik-baiknya cinta yang engkau titipkan.Mampukan aku menahan hati dari laki-laki yang bertipu daya agar hati ini dapat seutuhnya 'menunggunya' hingga tiba saatnya pertemuan nyata. Dan saat itulah aku dapat memahami rasa yang dimiliknya sementara atau selamanya.




(Teruntuk kau yang selalu kusebut dalam doa)

Senin malam, 03 November 2014

21: 27 WIB

Komentar

Postingan Populer