Lima Waktu Berlumur Dosa

     
Jalan bersimpang siur, berbelit-belit. Aku rasa renyah jalani hari dengah lumuran dosa berlimpah. Setiap waktu berlalu adalah dosa yang tak terbatas.

Subuh :
Mentari masih malu-malu keluar dari sarang. Noktah melumuri pagi gulita dengan mesra. Aku bercumbu dengan hujan yang merayuku untuk terus berbaring. Kumandang Adzan subuh menarik ulur jemariku, tetapi setan menimpahku. Tak berujung pada iman, aku pun terlelap dalam dosa yang merajaiku kelak pada api berbara. Pantaskah diri berharap sementara masih enggan memenuhi panggilan-Nya. Harus berperang dengan gerombolan yang menghasut diri, kusiapkan pedang tajam. Tapi apa, sukmaku dirajai oleh noktah durhaka.



Zuhur :
Aku terperangkap kehidupan duniawi, sibuk tak berarah menjadikan diri serakah memuaskan hasrat. Raksasa telah menggarisi imanku pada-Nya, lambat laun menipis dan akhirnya hancur.



Ashar :
Masih berlabuh di antara kade-kade rapuh yang kian menua. Berharap ombak keras menerjangku kemudian membiarkanku tewas dan mengapung. Tetapi, percayalah bahwa itu hanya sebuah harapan. Sebab aku seperti diikat tambang dan tak mampu mendekati mautku.Tuhan, panggil aku dalam waktu dekat. Aku lelah karena terus mengabaikan perintah-Mu.



Maghrib :
Kuhaturkan doa dalam perjalanan pulang agar selamat sampai peraduan. Kuratapi sesal yang mendalam disaat ketika orang berbondong-bondong mendatangi rumah-Mu. Sementara aku enggan berbuat tetapi terlalu tamak.



Isya:

Darah berlumuran, suara ambulance nyaring memenuhi pendengaranku. Aku terkapah-kapah dan terperanjat gemetaran. Mungkin usai di waktu isya nyawaku berlabuh. Tuhan begitu baik, Ia kabulkan doaku di waktu Ashar.

Komentar

Postingan Populer