The City is Like Fairy Tale

  Pokles ăćĎĘí jsi mě odsoudit, ale Tanya mě Tlgueni budete distancovat
Besides, the city of Prague is wonderful, that beautiful that this city alone would already prove of value for a longer journey.” Albert Einstein.

Kalau Praha adalah seorang perempuan, saya sudah lama ingin mengatakan cinta kepadanya. Lama sekali saya hampir jatuh cinta dengan kota ini. Berdiam di Praha membuat saya harus merelakan tangan ini mencoret list impian yang telah ditulis di selembar kertas putih. Ada sesuatu yang menarik dari negara ini selain kota klasiknya. Sudah lama saya juga terhipnotis dengan kecantikan dan keeksotisan kota Prague atau orang Ceko biasa menyebutnya Praha. Sesederhana penampilan gadis-gadis pirang Ceko. Mungkin anda pernah melihat video klip Numb dari band Linkin Park dan lokasi syutingnya juga mengambil tempat di salah satu kampus terbaik di Ceko dan Eropa dan diatas Charles Bridge tepat di jantung kota Praha. Konon Charles Bridge yang telah berumur lebih dari 650 tahun ini telah melewati berbagai macam bencana di Ceko. Mulai dari Perang dunia sampai banjir besar tahun 2013 yang hampir meruntuhkan jembatan ini.

Hal yang pertama kali dilakukan disini ketika kamu baru sampai adalah menukar mata uang ke Koruna Ceko. Saya menukar uang di mesin automatis di stasiun, dan satu Euro = 21 Koruna. Sebaiknya menukarkan uang di Money Changer di Centrum Praha, karena harga yang ditawarkan bisa mencapai 24,5 Koruna untuk satu Euro. Membeli tiket harian adalah cara paling hemat untuk jalan-jalan di Praha. Tiket harian sebesar 120 Koruna yang dapat dibeli di mesin automatis di setiap statiun, toko penjual minuman dan rokok atau di tiket center di pusat kota.

Bicara tentang Universitas di Ceko, Ceko memiliki Universitas dan Teknik Universitas yang penelitiannya telah mendunia. Sebut saja astronomi Johannes Kepler dan beberapa tokoh seperti Charles IV, Petr Parléř, Jan Hus, Wolfgang Amadeus Mozart, Franz Kafka,dan Albert Einsten, semuanya memiliki hubungan historis yang kuat dengan Praha. Orang Ceko memang tidak terlalu pintar untuk soal urusan mempromosikan sesuatu. Saya jarang dan tidak terlalu banyak melihat orang berambut hitam atau dari Asia secara keseluruhan yang kuliah di TU Prague. Padahal dengan tingkat ekonomi Asia yang makin membaik, mereka yang ingin mendapatkan pengalaman Internasional dan tingkat edukasi yang bagus mungkin Ceko layak menjadi salah satu negara tujuan study. Mahasiswa Indonesia saat ini cuma beranggotakan dibawah belasan orang, dan sebagian dari mereka juga adalah mahasiswa Erasmus Mundus yang harus pindah-pindah ke Universitas lain untuk menghabiskan satu semester disana.

Kota Praha sendiri memiliki tiga jenis Metro atau Subway yang membelah kota Praha A, B dan C. Beberapa halte bahkan lebih dalam dari pada halte U-Bahn di Jerman. Kemudian masing-masing halte Metro dihubungkan oleh Tram atau Bus. Tidak salah kiranya bahwa Praha pernah juara 4 kali untuk Best Transportation in Europe. Transportasi memang sangat lancar dan bagus sekali di Praha. Bus Beroperasi 24 jam. Bahkan pada malam hari sekalipun bus masih tetap beroperasi dua kali setiap jam sampai jam 05.00. Praha memang hidup dari jasa Tourism oleh karena itu pemerintah mereka tahu betul cara memanfaatkan momen ini. Menjual semua kecantikan Praha. Kota Praha merupakan salah satu Unesco World Heritage. Keunikan kota Praha mengilustrasikan perjalanan kehidupan sosial, budaya, ekonomi dan politik di Eropa tengah dan timur dari abad pertengahan sampai saaat sekarang ini yang berlangsung hampir 1100 tahun.

Menjelajahi kota Praha bisa dihabiskan dalam waktu 2 hari ketika musim panas (Juni-Agustus) alias 35 jam matahari bersinar cerah. Bagian kota Praha bisa dibagi menjadi tiga bagian yaitu the Old Town (Stare Město), the Lesser Town (Malá Strana) and the New Town (Nove Město). Kota ini juga dibelah oleh Vltava River yang mengalir indah di atas Karluv Most (Charles Bridge). Kalau belum memiliki foto di Karluv Most berarti belum sah ke Praha, kata orang Praha waktu itu. Apalagi bir Ceko yang terkenal. Sayangnya agama saya melarang saya untuk meminum minuman keras dalam jenis apapun.

The city is like fairy tale“, demikian kata kolega saya yang berasal dari Budapest, Hongaria mengomentari kecantikan ibukota negara tetangganya. Ya, ia berkomentar tentang Praha, ibukota Republik Ceko. Tidak ada lagi istilah Cekoslowakia, mengingat Ceko dan Slowakia telah memisahkan diri menjadi negara merdeka sejak tahun 1993. Memasuki ‘gerbang’ Praha, pertama-tama kita akan melihat banyak perusahaan multinasional di kanan dan kiri maupun gedung-gedung bertingkat. Dari kejauhan, menariknya, bangunan Prague Castle yang menjulang dapat terlihat di antara bukit-bukit.

Di stasiun bus Florence, berbekal single ticket seharga 24 koruna (sekitar 17.000 rupiah) saya lantas menjajal transportasi publik di Ceko. Seperti tempat-tempat lain di Eropa pada umumnya, jalur metro, tram, dan bus di Ceko sangat terpadu. Tiket yang berlaku satu jam dan dapat digunakan untuk semua jenis transportasi. Langit yang semakin gelap membuat saya semakin terdorong untuk sesegera mungkin sampai di ‘centrum‘ atau pusat kota.

Saya masih ternganga betapa indahnya bangunan-bangunan asli warisan Bohemia di sekitarnya. Powder Gate, sebuah gerbang kuno mistik dari abad ke-13 akan menyambut Anda begitu melangkahkan kaki menuju Old Town. Tak jauh dari situ terdapat Municipal House, yakni bangunan cantik khas Art Nouveau yang dalam masa Revolusi Velvet digunakan sebagai tempat pertama bertemunya pemerintah komunis Cekoslowakia dan pemerintahan sipil yang baru. Tibalah saatnya berkunjung ke Old Town Hall, tempat hampir seluruh turis internasional berkumpul. Jangan lupakan pengalaman seumur hidup melihat jam astronomikal atau Old Town Orloj yang tersohor. Setiap satu jam sekali, jam ini berbunyi dan uniknya, terdapat boneka-boneka yang bergerak, lengkap dengan suasana mistis seperti keberadaan tengkorak ataupun hantu-hantu (masih dalam boneka).

Malam melewati Charles Bridge, yang juga menjadi salah satu ikon Praha. Jembatan tertua di Praha ini secara strategis menghubungkan Old Town dan Lesser Town. Di jembatan ini juga mengalir Sungai Vltava. Saya tidak tahu alasannya, tetapi jelas sekali kesan yang saya dapat tentang senja di Praha adalah tua, mistis, dan senyap. Berbeda sekali dengan kegemerlapan kota Budapest,kata teman saya lagi. Mungkin ini yang memang ditonjolkan oleh pariwisata di Praha, bahwa untuk menarik sebanyak-banyaknya wisatawan adalah dengan memiliki keunggulan kompetitif. Ah, andai saja pariwisata Indonesia memiliki pemahaman yang sama, pikirku.

Jangan lupa juga bepergian ke salah satu daerah wajib-kunjung di Praha, yakni Prague Castle. Inilah kompleks kastil terluas di seluruh Praha. Di dalamnya terdapat St. Vitus Cathedral yang bernuansa gothic. Sulit mendeskripsikannya, karena selain saya bukan ahlinya, katedral ini menyimpan pesona tersendiri. Sisi-sisi yang runcing menjulang, hitam, ditambah patung-patung iblis semakin menambah kesan menyeramkan. Tepat di belakang katedral ini terdapat area yang dinamakan Hradcany. Bangunan-bangunan di sekitarnya tidak kalah cantik, semisal Schwarzenberg Palace yang mudah dikenali keberadaannya berupa arsitektur kaya khas Sgraffito yang dibangun pada abad ke-16. Pemandangan Golden Lane tidak boleh terlewatkan, yakni jalanan tersempit di kawasan Prague Castle bahkan Praha sekalipun. Di dalamnya terdapat miniatur-miniatur rumah di masa lalu lengkap dengan aksesorisnya.

Di sisi barat daya Hradcany ini, terdapat tempat wisata yang tidak kalah menarik. Kompleks gereja Strahov Monastery, adalah salah satu yang tertua di Republik Ceko. Kompleks ini bergaya Baroque dan ditemukan pada tahun 1140. Di tempat lain, Lesser Town menawarkan gereja St. Nicholas, masih bergaya sama (Baroque) dengan arsitektur yang juga indah. Atau Josefov, tempat bermukimnya orang-orang Yahudi di Praha. Lokasi yang sangat dekat dari Old Town ini terkenal berkat Parizska Street-nya (Paris), kawasan super elit dimana puluhan bahkan ratusan rumah mode terkenal dunia berkumpul. Old New Synagogue, sinagog tertua di seluruh daratan Eropa berada di sini. Terdapat pula Old Jewish Cemetery, tempat dimana orang-orang Yahudi dikebumikan maupun sinagog lain yang tidak kalah tuanya, Pinkas Synagogue. Saya sendiri kadang mengunjungi beberapa bangunan berarsitektur megah lain seperti National Museum (Wenceslas Square) dan National Theatre yang keduanya bergaya Neo-Renaissance atau The Dancing House yang terkenal berkat gedungnya yang tak lazim (miring). Kesemuanya semakin meyakinkan saya bahwa Praha adalah kota tua yang budaya Eropa-nya amat kental sekaligus beragam.

Saya hampir jatuh cinta dengan Prague dengan mengatakan “Prague, the city seems older than others because Prague was safer during World War I and II.

Komentar

Postingan Populer